Jiwa Jiwa yang Terhanyutkan

Ketika kau sedang menepi disudut birunya..
Kau akan menapaki disana suatu sosok yang pernah ada
Namun tidak tahu apakah ia berbekas atau tidak
Semua mengalun dengan begitu gamblangnya, bahkan sekalipun ia menampakkan jiwa kasarnya
Tak pernah ada makna....

Ia begitu lama terpaku dalam dunianya
menghalau segala gangguan yang menyentuh hatinya
Dan akhirnya ia terpaku menatap sekitarnya, hanya kosong



pernah terbersit dihatinya  untuk mulai meraih tangan-tangan itu
ikut bersiul dengan mereka
namun apa daya jiwa individualisme lebih kuat memeluk
Ingin lekang, namun tali ego itu begitu kencang menggenggam

Kini ia lupa apa maknanya dia
Bahkan ia lupa apakah ia sedang ada atau tidak
Bukan ini bukan cerita yang seram
Ini hanya cerita tentang anak kecil yang bingung ia sedang pergi atau masih dirumahnya
Ia takut akhirnya dengan semua yang disekitarnya

Rupanya fikirannya lebih asyik mempengaruhi hatinya..
ketika hatinya mulai menyadari apa yang telah ia lakukan
Ia tidak lagi menemukan orientasi semuda itu
Kunci itu telah tergembok dengan rapinya,
begitu kokoh diselimuti belitan es yang memadat
Ohh... begitu perkasanya ia, tapi sayangnya hatinya yang hangat sudah tak kuat menyimpan ini semua
Ia selalu memikirkan tentang ia
Bahkan ia lupa untuk menikmatinya
Mulai bergerak untuk menyalahkan orang lain

Apakah ia memiliki makna
Atau hanya pelengkap
Walaupun ia hanya 100 rupiah, ia tetap memiliki makna, begitu bisik dewatanya
Sayang egonya begitu kuat, sanubarinya ia tikam sendiri
Hhhhh ini hanyalah kamuflase
Ia hanya ingat dirinya sekarang sedang berenang
Mungkin lebih tepatnya menganyutkan dirinya sendiri
Disana, ditengah belantara potongan potongan es
Yang siap menghakiminya kapan pun mreka mau
Atau mungkin ia akan tetap bersahaja menikmati jiwanya yang terhanyut itu
Tak ada lagi kesenangan disini
Semuanya tergembok rapat
Visi tak lagi berasal dari misi

Dan akhirnya ia berusaha untuk membekukan saja hatinya ini
Membatukan semua perasaan yang ada
Berpura-pura semua akan baik baik saja
Semua selalu tersenyum padanya
Karna ini hidupnya, dan ia yang akan menggoreskan tintanya sendiri
Dan ia dapat dengan tenang terhanyut arus, hingga tak ada yang melihatnya lagi...

-sang pejalan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary diatas kanvasku

Sederet Lirik Lagu Yang Kuingat